Saat demo hari buruh se-dunia (may day) yang lalu, ada satu tuntutan untuk menghapuskan sistem Outsourcing (OS). Saya sendiri gak tahu kenapa ada OS. Ada yang pernah bilang alasan memakai karyawan OS, antara lain:
- Tidak perlu bayar mahal untuk pekerjaan-pekerjaan kecil. Jika hal-hal kecil dikerjakan karyawan langsung, perusahaan akan rugi karena benefit & gaji yang dibayarkan relative lebih besar.
- Jika karyawan OS “macam-macam” gampang untuk “membinasakannya”, tidak perlu berbelit-belit urusannya.
- Ada peraturannya dalam undang-undang, hehehe…yang membuat peraturan siapa? Apakah dia punya perusahaan? Kenapa dibuat peraturan itu?
Saya tidak peduli dengan alasan-alasan tersebut. Saya hanya peduli apakah karyawan OS berhak mendapatkan jaminan masa depan, hak dan perlakuan yang (hampir) sama dengan karyawan perusahaan induk?
Karyawan OS dalam penilaian saya setelah beberapa tahun bekerja dengan mereka, sepertinya mereka belum cukup mendapatkan perhatian lebih dari perusahaan induk. Seolah-olah mereka tutup mata dengan kondisi atau kesejahteraan karyawan OS. Secara structural, secara kontrak, memang perusahaan induk bisa untuk tidak ikut campur dalam hal itu, “kalau masih pusing-pusing mikirin mereka buat apa di-outsourcing-kan”, mungkin seperti itu pemikiran perusahaan induk. Tapi pada kenyataannya, perusahaan induklah yang menentukan besarnya gaji dan benefit para karyawan OS, jadi kalau masih tidak ingin pusing-pusing mikirin kesejahteraan mereka.. “sungguh terlalu“ ujar bang Rhoma.
Secara pribadi, saya tidak mempermasalahkan adanya OS, asal…..
Mereka diberikan hak yang layak yang sepadan sesuai peran mereka di perusahaan induk, dalam arti tidak terlalu jauh perbedaannya dengan karyawan perusahaan induk. Biasanya, perusahaan induk melakukan proses tender untuk memilih perusahaan OS. Dan biasanya juga kalau sudah main tender, berlaku prinsip dasar ekonomi, bukan perusahaan OS yang berani memberikan jaminan kesejahteraan, yang berani mengusulkan benefit yang bagus kepada karyawan OS yang akan dipilih, melainkan siapa yang paling murah ‘fee’ yang harus dibayar oleh perusahaan induk itulah yang dipilih. Biasanya lagi, sesuatu yang murah bisa dipastikan kualitasnya murahan juga. Jika sudah seperti itu, biasanya karyawan OS lah yang menjadi korbannya. Biasanya, ya karena kebiasaanlah yang akan membentuk perilaku individu dan juga kelompok/organisasi.
Jika kita mau membuka mata kita, mata hati kita, lalu kita pikirkan, kita renungkan, betapa besarnya kontribusi karyawan OS terhadap kemajuan perusahaan. Mereka biasanya (lagi) adalah orang yang bekerja sebagai pelaksana, dimana jika dalam medan perang ada di garis depan, tentu menanggung beban yang tidaklah ringan. Mereka lebih banyak terpapar bahaya secara langsung di lapangan, lebih banyak menghadapi konflik secara langsung. Dan harga yang mungkin harus mereka pertaruhkan adalah nyawa mereka yang tidak ternilai harganya. Beda dengan atasannya yang hanya duduk nyaman di ruang ber-AC dengan fasilitas computer, telpon, internet, kopi setiap saat.
Jika kita seorang atasan yang mempunyai bawahan karyawan OS, sadarkah kita bahwa dukungan mereka terhadap prestasi kerja kita (secara pribadi) sangat besar. Sehingga manajemen perusahaan berkali-kali mengucapkan selamat kepada kita, memberikan penghargaan-penghargaan kepada kita, alhasil karir kita melesat cepat. Di sisi lain, pernahkah kita memikirkan nasib karyawan OS di bawah kita? Pernahkah kita mengucapkan terimakasih kepada mereka? Tahukah kita berapa gaji mereka saat ini? Jika Rasulullah memerintahkan kita untuk mengutamakan membayar gaji pembantu kita, memuliakan mereka, pernahkan kita melakukan hal itu terhadap karyawan OS yang notabene bisa diartikan sebagai pembantu perusahaan induk?
Saya sendiri juga berfikir banyak hal yang harus diperhatikan dan dipikirkan oleh perusahaan induk, bagaimana mengatur strategi agar keuntungan berlipat dan terus meningkat tiap tahunnya dengan biaya produksi sekecil-kecilnya. Tapi sekali lagi, strategi tinggallah strategi tanpa ada pelaksana. Jadi pantaskah jika perusahaan induk tidak memberikan penghargaan yang layak kepada karyawan OS jika strategi bisa dilaksanakan dengan baik dan keuntungan banyak diraup? Apakah karena rata-rata mereka bukan seorang Sarjana, maka perusahaan boleh menggaji mereka apa adanya untuk mengurangi biaya produksi? Asal sesuai UMR katanya.. Saya sendiri kadang berfikir (bahkan merasa) belum tentu karyawan di perusahaan induk dengan title sarjana lebih bagus, lebih nyata kontribusinya terhadap perusahaan, lebih professional dalam bekerja. Mungkin perlu dilakukan studi untuk masalah ini “keterkaitan latar belakang pendidikan dengan profesionalitas dan etos kerja di perusahaan”.
Orang bilang, kita hidup dijaman kapitalis, bekerja di dunia kapitalis, tapi haruskah itu membuat kita bersikap kapitalis, bertindak kapitalis? yang membuat kita lupa kalau kita bekerja dengan manusia yang secara alamiah ingin diperlakukan sebagai manusia?
Saya jadi teringat ungkapan seorang kawan, “jika kita bekerja di perusahaan kapitalis, maka kita juga harus bersikap kapitalis” maksudnya kita hanya akan bekerja sesuai uang yang diberikan perusahaan. Meskipun kita punya potensi besar, jika uang yang diberikan perusahaan tidak sesuai menurut kita buat apa kita bekerja mati-matian untuk perusahaan itu, rugi amat J
Jika dampak adanya kenaikan BBM, karyawan perusahaan induk yang gajinya 10x lipat dari gaji karyawan OS langsung menuntut adanya penyesuaian pendapatan, padahal kenyataannya mereka-mereka tidak begitu terpengaruh, apakah mereka tidak merasa malu terhadap karyawan OS (bawahannya) yang nyata merasakan dampaknya? Apakah kesenjangan ini akan terus ada dan bahkan semakin besar jika karyawan perusahaan induk hanya memikirkan diri mereka sendiri?. Mengutip pernyataan seorang kawan juga, “Jika karyawan perusahaan induk (yang gajinya sudah besar) saja kecewa karena tuntutannya tidak dikabulkan, bagaimana dengan perasaan karyawan OS jika mereka menuntut hal yang sama?”. Jika karyawan perusahaan induk tertawa bahagia setelah menerima bonus, menerima benefit-benefit dari perusahaan, terpikirkan kah apa yang didapat oleh karyawan OS (bawahannya)?
Tentu akan sangat lain jika yang berbicara disini adalah pihak manajemen perusahaan induk. Tapi saya hanya ingin mengungkapkan apa yang harus saya ungkapkan, dari sudut pandang saya tentunya. Meskipun kita bekerja di dunia kapitalis, jangan lupakan nurani kita untuk melihat kenyataan yang ada di lingkungan kita. Semoga kita bisa lebih bersyukur atas nikmat yang telah ALLAH berikan kepada kita. Semoga apa yang saat ini kita peroleh tidak membuat kita lupa akan hakekat kita sebagai manusia yang sama-sama hanya berasal dari ‘air mani’.
-Budak Kapitalis-