Ide…Keluuuarlah!, lalu Laksanakanlah!!
Sebagai seorang surveyor, dan sebagai orang yang diberi ilmu mengenai survey pemetaan kadang terlintas dipikiran ini untuk berbuat sesuatu bagi masyarakat. Tapi Alhamdulillah sampai saat ini masih sebatas ide-ide saja.
Salah satu ide yang sangat ingin saya wujudkan adalah membuat sistem informasi desa dimana saat ini saya tinggal. Kenapa? Ya supaya masyarakat di negeri ini jadi ‘melek’ teknologi, terutama aplikasi survey pemetaan untuk pembangunan. Diakui atau tidak, salah satu parameter kemajuan suatu negara adalah jika negara memahami betul pentingnya sistem informasi spasial dalam pembangunan. Sistem informasi spasial sendiri adalah suatu aplikasi yang menggabungkan data posisi, lokasi (koordinat) dengan informasi yang terkandung di posisi atau lokasi tersebut.
Ambil saja contoh, kita ada koordinat rumah kita (data spasial). Kemudian kita plot nilai koordinat tersebut ke dalam sebuah peta. Informasi yang terkandung dalam rumah tersebut misalnya jumlah penghuni, nama penghuni, usia penghuni, status rumah, info PBB-nya..dll. Jika aplikasi dari sistem informasinya sudah dibuat, maka ketika kita ‘klik’ symbol rumah tersebut dipeta maka akan muncul semua informasi (data atribut) mengenai rumah tersebut sesuai apa yang kita input.
Apa kegunaannya? Jujur saja, jika kita melihat data kependudukan dari BPS apakah kita percaya data tersebut akurat/update? Apakah benar penduduk miskin di Negara ini berkurang? Dalam pemikiran saya, jika di tingkat kelurahan masing-masing mempunyai sistem informasi desa dan itu bisa dibagipakai ke seluruh Indonesia, dan kelurahan tersebut aktif memperbarui data jika ada perubahan maka informasi kependudukan di Negara ini akan selalu update dan bukan tidak mungkin bisa dijadikan bahan dalam merencanakan prioritas pembangunan. Selain itu, juga bisa digunakan untuk menentukan data calon pemilih dalam setiap pemilu sehingga manipulasi suara atau orang yang tidak terdaftar untuk memilih bisa dikurangi, penyaluran bantuan dan hal yang terkait dengan info kependudukan lainnya.
Masuknya jaringan Telkom/internet ke pelosok daerah akan memudahkan bagipakai informasi tersebut. Terkait dengan hal itu, saya cukup prihatin dengan bangsa ini, instansi pemerintah koq sepertinya tidak mengikuti perkembangan teknologi informasi. Coba kita lihat, berapa banyak instansi yang menyediakan fasilitas internet di kantor mereka?, berapa banyak pns yang mempunyai email dengan domain instansi mereka?. Pernah suatu saat ketika saya harus melegalisir akta nikah, karena saya nikahnya di Kebumen dan saat itu saya ngurusnya di Klaten (Kebumen ke Klaten sekitar 4-5 jam perjalanan) maka petugas KUA mengatakan proses tersebut jika diurus di Klaten bisa sampai 1 bulan, karena buku akta nikah harus dikirim (via
Dalam bayangan saya, mudah saja langkah untuk membangun sistem informasi desa tersebut. Dengan bekal handGPS, 1 set computer/laptop, dan software ArcView/ArcGIS atau opensource
Atau jika tidak mau repot, peta bisa diambil di Google Earth. Untuk pilihan ini perlu dilakukan proses geo-referencing atau sederhananya mengklop-kan peta dari google earth dengan actual di lapangan. Kita bisa menggunakan ArcGIS atau GlobalMapper untuk proses tersebut. Penjelasan kasar proses tersebut, kita tentukan beberapa objek yang ada dipeta, objek tersebut harus unik dan mudah dicari di lapangan. Selanjutnya kita pergi ke lokasi yang sudah ditentukan tadi untuk diambil koordinat lapangannya. Dengan bantuan software tadi, kita tinggal input koordinat peta dan koordinat lapangan untuk masing-masing objek. Setelah proses geo-referencing dilakukan maka koordinat peta akan ‘bergeser’ sesuai kordinat lapangan. Selanjutnya peta bisa digunakan untuk memplot lokasi rumah yang kita ambil koordinatnya.
Seringkali berbicara dan berpikir itu lebih mudah daripada berbuat secara nyata, dan itu terjadi juga pada diri saya saat ini. Saya hanya berharap suatu saat ALLAH memberikan saya kekuatan, kemampuan dan memudahkan jalan untuk mewujudkan ide tersebut. Amin.